Breaking News

Kendaraan Tradisional Khas Sukabumi Yang Hampir Punah


Anda tahu dengan Nayor? Bagi masyarakat Sukabumi kata-kata itu tidak asing lagi. Ialah kendaraan tradisional. Modelnya seperti delman. Ditarik dengan kuda.

Kini jumlah Nayor di Sukabumi semakin sedikit dan cukup sulit ditemukan. "Hanya ada 9 kuda (penarik nayor, red)," ujar Bayu Koswara, 40, salah saorang kusir Nayor di wilayah Kecamatan Cibadak.

Dulu pada era kejayaannya, jumlah Nayor yang beroperasi di Sukabumi sempat mencapai 500 unit. Hampir punahnya Nayor ini disinyalir kurang peminat dan tempat mangkalnya semakin tidak tersedia.

Bukti semakin tergerusnya Nayor dari kemajuan zaman, kini para kusirnya tidak bisa mendapatkan penghasilan yang cukup. Mereka pun tidak bisa menggantungkan sumber penghidupan dari menarik Nayor. "Sehari-hari cuma dapat Rp 50 ribu. Kalau ramai paling dapat Rp 100 ribu," imbuh Bayu.

Nayor masih dapat eksis di Sukabumi, khususnya di Cibadak karena dimanfaatkan sebagai alat transportasi hiburan. Bukan alat transportasi utama. "Untuk pelangganya biasanya ibu-ibu yang bawa anak-anak. Kalau tidak bawa anak, mereka tidak naik," sambung Bayu.

Dikutip dari Radar Sukabumi, Nayor berasal dari kata Ngagayor. Artinya berat ke belakang. Nayor mirip 'Tuk-tuk', kendaraan tradisional di Thailand. Kendaran itu muncul di Sukabumi sejak 1941 dan menjadi angkutan umum pada 1960-an.

Bayu berharap Pemkab Sukabumi membuat kebijakan khusus untuk menyelamatkan entitas Nayor di daerah tersebut. Setidaknya populasi Nayor tidak hilang tergerus zaman, yaitu menyediakan pangkalan Nayor.

Minggu (15/1), sembilan Nayor hadir di tengah-tengah masyarakat Cibadak. Kehadiran Nayor itu sengaja disewa oleh Baldatun Center, sebuah lembaga nirlaba yang berkonsentrasi untuk bidang sosial dan pendidikan. Lembaga itu berkonsentrasi untuk mesyarakat Sukabumi.

© Copyright 2022 - JELAJAH SUKABUMI | Mengungkap Fakta Sejarah Kabupaten Sukabumi